KELOMPOK SOSIAL
( Laporan Responsi Sosiologi Pertanian )
Oleh
Kelompok 3
1. Afrida
Ayu Audia 1514121107
2. Devi
Puspita A. Y. 1514121100
3. Fitroh
Amandini 1514121077
4. Haitomi 1514121118
5. M.
Reza Gemilang 1214121143
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pemerintah memiliki kebijakan untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional,
salah satunya adalah dengan peningkatan bidang ekonominya. Peningkatan bidang
ekonomi ini dapat diwujudkan apabila pemerintah meningkatkan terlebih dahulu di
sektor pertaniannya. Pembangunan pertanian ini dilakukan karena Indonesia
adalah negara agraris dan sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah
bercocok tanam.
Seiring dengan perkembangan pembangunan pertanian, pemerintah membentuk
kelompok-kelompok tani agar lebih mudah dalam melakukan penyuluhan. Kelompok
tani ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi petani untuk saling mencari ilmu
mengenai pertanian sehingga nantinya dapat mengembangkan dan meningkatkan usaha
tani yang dimilikinya.
Keberadaan kelompok tani diharapkan dapat memberi fasilitas antara petani
dengan program penyuluhan pertanian yang mempunyai tujuan yaitu dengan
meningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Aktifitas usahatani yang lebih
baik dapat dilihat dari adanya peningkatan dalam produktifitas usahatani yang
nantinya akan meningkatkan pendapatan petani sehingga akan mendukung
terciptanya kesejahteraan yang lebih baik bagi petani dan keluarganya.
Oleh karena itu, pembinaan kelompok tani perlu dilaksanakan secara lebih
intensif, terarah juga terencana sehingga mampu meningkatkan peran dan fungsi
dari kelompok tani tersebut.
B. Tujuan
Adapun tujuan dilakukan turun lapang ini adalah :
1. Mengetahui keadaan Kelompok
yang ada di desa Sukajaya.
2. Mengetahui program
kegiatan yang ada pada Kelompok Tani Maju Bersama.
3. Memberi pengetahuan
mengenai kelompok-kelompok tani.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kelompok
tani adalah sekumpulan petani/peternak atau pekebun yang dibentuk atas dasar
kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi, lingkungan (sosial, ekonomi, sumber
daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota (Peraturan
Kementrian Pertanian, 2007)
Kelompok
tani merupakan suatu bentuk perkumpulan petani yang berfungsi sebagai media
penyuluhan dan dapat merupakan dasar untuk mencapai perubahan sesuai dengan
tujuan penyuluhan. anggota kelompok tani yang telah menerima teknologi baru kiranya
dapat mengikuti dan megubah tingkah lakunya, sehingga mampu untuk melaksanakan
usaha tani sesuai dengan rekomendasi yang telah ditentukan (Santoso,1992).
Ciri-ciri
kelompok tani :
a)
Saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara
sesama anggota.
b)
Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam
usaha tani.
c)
Memiliki kesamaan dalam tradisi, jenis usaha, status
ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan serta ekologi.
d)
Ada pembagian tugas dan tanggung jawab antar sesama
anggota, berdasarkan kesepakatan bersama.
e)
Berasaskan kerjasama dan kekeluargaan.
Adapun unsur
pengikat kelompok tani adalah sebagai berikut :
a)
Adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya.
b)
Adanya kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab
bersama diantara para anggotanya.
c)
Adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakkan
para petani dan kepemimpinannya agar diteima oleh sesama petani lainnya.
d)
Adanya kegiatan yang dapat dirasakan menfaatnya oleh
sekurang kurangnya sebagian besar anggotanya.
e)
Adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat
setempat untuk menunjang program yang telah ditentukan.
Kelembagaan
pertanian ditinjau dari fungsinya dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok,
yaitu :
1.
Kelembagaan yang menghasilkan atau menyediakan
prasarana penunjang peningkatan produksi pertanian. Contoh lembaga ini antara
lain Dinas Pengairan di bawah Departemen PU (sekarang Departemen Pemukiman dan
Prasarana Wilayah).
2.
Kelembagaan yang menghasilkan sarana produksi
pertanian seperti benih, pupuk dan pestisida. Contoh lembaga ini antara lain
PT. Sanghyang Sri di Sukamandi Subang, PT. PUSRI di Palembang Sumsel dan PT.
Pupuk Kujang di Cikampek Karawang.
3.
Kelembagaan yang melakukan produksi komoditi pertanian
untuk ekspor. Contohnya PT. Perkebunan Nusantara I sampai VIII, Kelompok Tani,
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) yang mengelola pengairan di tingkat usaha
tani.
4.
Kelembagaan yang melakukan pengolahan hasil pertanian.
Contohnya perusahaan pabrik gula, pabrik the hitam dan pabrik pengolah kelapa
sawit dan karet.
5.
Kelembagaan yang berdasarkan hasil-hasil pertanian
atau hasil olahannya. Contohnya antara lain tengkulak, KUD dan eksportir
pertanian.
6.
Kelembagaan yang membuat atau menentukan kebijaksanaan
makro pertanian seperti peningkatan produksi atau penyaluran produk-produk pertanian
yang mempunyai arti strategis (beras, terigu, gula dan minyak goring).
Contohnya adalah Bulog dan Kementrian pertanian (Nurmala, 2012).
Ditinjau
dari sifat terbentuknya, kelembagaan pertanian dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu :
1.
Lembaga yang bersifat asli berasal dari adat kebiasaan
turun-temurun. Contoh kelembagaan ini antara lain pemilikan tanah, sewa-menyewa
tanah, bagi hasil, gotong royong, arisan, dan lain-lain.
2.
Kelembagaan yang baru diciptakan, baik dari dalam
maupun dari luar masyarakat desa. Contohnya Lembaga Pelaksana Intensifikasi
padi sawah yaitu Badan Pengendali Bimas ditingkat pusat.
3.
Kelembagaan yang dibentuk bersama antara pemerintah
dan masyarakat.artinya lembaga tersebut sudah ada di desa kemudian diformalkan
atau diresmikan oleh pemerintah. Contohnya Kelompok Tani, Gabungan Kelompok
Tani dan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) (Nurmala, 2012).
Kelompok
tani itu terbentuk atas dasar kesadaran, jadi tidak secara terpaksa. Kelompok
tani ini menghendaki terwujudnya pertanian yang baik, usahatani yang optimal
dan keluarga tani yang sejahtera dalam perkembangan kehidupannya. Para anggota
terbina agar dapat berpandangan sama, berminat yang sama atas dasar
kekeluargaan. Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa angggota kelompok tani
berfungsi sebagai wadah tempat terpeliharanya dan perkembangannya, pengertian
pengetahuan dan keterampilan serta kegotong-royongan berusahatani para
anggotanya. Fungsi tersebut di jabarkan dalam kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
1.
Pengadaan sarana produksi murah dengan cara melakukan
pembelian bersama.
2.
Pengadaan bibit yang resisten untuk memenuhi
kepentingan para anggotanya.
3.
Mengusahakan kegiatan pemberantasan, pengendalian
hama, penyakit secara terpadu.
4.
Guna kepentingan bersama berusaha memperbaiki prasarana-prasarana
yang menunjang usahataninya.
5.
Guna memantapkan cara bertani dengan menyelengarakan
demonstrasi cara bercocok tanam, pembibitan dan cara mengatasi hama yang di
lakukan bersama penyuluh.
6.
Mengadakan pengolahan hasil secara bersama agar terwujudnya
kualitas yang baik, beragam dan mengusahakan pemasaran secara bersama agar
terwujudnya harga yang seragam (Kartosapoetra,1994).
III. METODE PENELITIAN
A. Penentuan
Lokasi dan Turun Lapang
Penentuan Lokasi pada turun lapang ini berdasarkan ketertarikan kami dengan
gabungan kelompok tani yang ada di suka jaya, selain memerlukan perhatian
khusus, lokasinya juga dapat dijangkau yang di lakukan di Kelompok di desa
Sukajaya.
Turun lapang ini dilakukan sebanyak satu kali, yaitu pada Rabu, 18 November
2015. Lokasi turun lapang di Desa Suka jaya, Kecamatan Raja basa Jaya, Kota
Bandar Lampung.
Turun lapang ini dilakukan sebanyak satu kali yang mana kami melakukan
wawancara dengan Saprodi dari Kelompok Tani Maju Bersama,dengan mencari data
selengkap-lengkapnya, dan data-data berupa foto.
B. Tipe Data
dan Metode Pengambilan Data
Data yang diperlukan dalam turun lapang ini meliputi data yang valid. Data
yang valid diperoleh dengan cara observasi langsung ke lokasi turun lapang dan
mengadakan wawancara langsung dengan salah seorang narasumber yaitu dengan
menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disusun dengan tujuan
untuk memperoleh data yang selengkap-lengkapnya.
Metode yang kami gunakan dalam wawancara dengan narassumber adalah dengan
menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif adalah metode yang lebih
menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada
melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode penelitian ini lebih
suka menggunakan teknik analisis mendalam ( in-depth analysis ), yaitu mengkaji
masalah secara kasus perkasus karena metodologi kulitatif yakin bahwa sifat
suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya. Tujuan dari
metodologi ini bukan suatu generalisasi tetapi pemahaman secara mendalam
terhadap suatu masalah. Penelitian kualitatif berfungsi memberikan kategori
substantif dan hipotesis penelitian kualitatif.
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Geografi dan
Penduduk Desa
a. Orientasi
Wilayah
Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20’-50º30’ LS
dan 105º28’-105º37’ BT dengan luas wilayah 192.96 km2 dengan batas-batas
sebagai berikut :
Ø Batas Utara
: Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan
Ø Batas
Selatan : Kecamatan Padang Cermin, Ketibung dan Teluk Lampung, Kabupaten
Lampung Selatan
Ø Batas Timur
: Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan
Ø Batas Barat
: Kecamatan Gedungtataan dan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan.
b. Karakteristik
umum Narasumber
Karakteristik merupakan latar belakang keadaan dari narasumber sebagai
suatu tanggapan dan langkah selanjutnya dalam penelitian ini. Berdasarkan
wawancara yang dilakukan terhadap satu orang narasumber di Desa Suka Jaya,
Kecamatan Rajabasa Jaya, Kota Bandar Lampung, maka diperoleh gambaran
karakteristik narasumber sebagai berikut :
1.
Saprodi Kelompok Tani
Bapak Rantawansyah adalah Saprodi dari Kelompok Tani Maju Bersama, Bapak Ritawan
memiliki 2 orang anak. Pendidikan dari Bapak Rintawan sendiri hanyalah sampai
pada bangku SMA. Beliau lahir pada 18 November 1980. Bapak Rintawan dipilih
menjadi Saprodi dikarenakan royalitasnya terhadap pertanian di sekitarnya selain
itu Bapak Rintawan juga memang berminat untuk menjadi pengurus Kelompok, yang
terutama di bidang bendahara, ia ingin mengatur perekonomian dari Kelompok
untuk menjadi Poktan yang maju dan sejahtera. Dan keinginanya untuk menjadikan
kelompok tani maju sebagi sarana untuk bertukar informasi dan berbagi ilmu
tentang pertanian.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah
Lembaga Sosial
1.
Sejarah Kelompok Maju Bersama
Gabungan Kelompok Tani Maju Bersama didirikan pada 14 Mei 2008.
Pendirian Kelompok Tani Maju Bersama ini bermula dari sebuah permasalahan
petani dalam usaha taninya, para petani memerlukan suatu lembaga yang lebih
tinggi sehingga dapat membantu para petani untuk mendapatkan alat-alat dan yang
di distribusikan para pemerintah untuk para pengusaha tani, terutama pada
kelompok tani.
Kelompok tani yang berdiri di desa Suka jaya ini menyadari bahwasanya
gabungan kelompok tani sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh para masyarakat,
maka pada tanggal 14 Mei 2008 Kelompok Tani Maju Bersama didirikan.
Sejak saat itulah Kelompok Tani Maju Bersama mulai menyusun sistem
Administrasi kelompok tani serta mulai membenahi kekurangan-kekurangan yang
dianggap perlu dibenahi.
2.
Kendala yang dihadapi Kelompok Tani Maju Bersama
Dalam Kelompok Tani Maju Bersama terdapat 20 anggota petani. Kelompok tani
ini pun tidak luput dari kendala-kendala yang dihadapi, antara lain :
Ø Kemauan para
kelompok tani yang masih rendah
Ø Kurangnya
keyakinan petani terhadap program-program yang dijalankan di dalam kelompok
tani
3.
Visi dan Misi Kelompok Tani Maju Bersama
a.
Visi
Terwujudnya kesejahteraan anggota dan masyarakat umumnya dalam wadah usaha
bersama dengan prinsip demokrasi dan keterbukaan.
b.
Misi
ü Melakukan kegiatan dan usaha yang bermanfaat untuk peningkatan ekonomi
anggota.
ü Menumbuhkan nilai-nilai kebersamaan, keswadayaan dengan menghimpun modal
usaha melalui kegiatan simpan pinjam.
ü Penguatan kapasitas kelembagaan organisasi masyarakat khususnya Kelompok,
Poktan dan Anggota, melalui pelatihan-pelatihan dan pembinaan.
ü Pengembangan usaha ekonomi produktif melalui peningkatan modal usaha
keswadayaan anggota.
ü Peningkatan pelayanan ekonomi kerakyatan terhadap anggota maupun non
anggota.
ü Menghimpun
para pemuda didalam pemuda tani
4.
Badan Hukum atau Norma-Norma yang Melandasi
a.
Kelompok Tani berlandasan Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945
b.
Kelompok Tani berasaskan gotong-royong dan
kekeluargaan
c.
Peraturan Kementrian Pertanian
N0.273/kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani.
B. Program
Kegiatan Lembaga Sosial
1.
Program Kegiatan yang Telah Terlaksana
a.
Penyuluhan ke tiap-tiap kelompok tani yang ada di Desa
Suka jaya.
b.
Kegiatan bercocok tanam bersama baik tanaman padi, dan
palawija.
c.
Penjualan sarana produksi pertanian.
d.
Pengadaan modal untuk semua kelompok tani yang ada di
bawah gabungan kelompok tani ini.
e.
Gotong royong membersihkan irigasi.
f.
Arisan beras
g.
Pemberdayaan pemuda tani setempat
2.
Program Kegiatan yang Belum Terlaksana
Tidak semua program yang telah dibuat dapat laksanakan dengan baik. Begitu
pula pada program kegiatan yang ada pada Kelompok
Tani Maju Bersama ini. Program yang tidak terlaksana dengan baik, seperti:
a.
Pengadaan rapat bulanan pengurus.
b.
Unit pelayanan jasa alat-alat pertanian.
C. Keanggotaan
Lembaga Sosial
Anggota pada gabungan kelompok tani ini berasal dari kelompok-kelompok tani
yang ada di bawahnya.
Susunan Kepengurusan Kelompok Tani Maju
Bersama adalah:
Ketua : Sunardi
Sekretaris
: Marzuki
Bendahara
: Sukir
Humas : Ridwan
Saprodi : Rantaiwan
D. Manfaat Kelompok
Tani Maju Bersama
Keberadaan Kelompok Tani yang ada di Desa Suka jaya ini mempunyai manfaat
sebagai berikut :
1.
Sebagai pengkoordinir pupuk yang akan dibagikan pada
setiap petani yang tergabung.
2.
Sebagai tempat untuk komunikasi, berinteraksi serta
berbagi ilmu diantara para anggotanya.
3.
Sebagai tempat musyawarah dan gotong royong serta
peningkat kerjasama antar anggota.
4.
Sebagai sarana untuk mempermudah mewujudkan tujuan
bersama yang telah dicita-citakan.
5.
Sebagai pusat penyuluhan untuk kelompok-kelompok tani
di bawahnya.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan, maka
dapat disimpulkan sebagi berikut :
1.
Kelompok Tani didirikan dengan tujuan sebagai
pengkoordir petani yang berada di bawahnya.
2.
Kelompok Tani yang ada di Desa Sukajaya ini sudah
cukup aktif.
3.
Kurangnya komunikasi dan kepercayaan terhadap instansi
terkait yang juga mengakibatkan Kelompok Tani Maju Bersama vakum selama 2
tahun.
4.
Bantuan subsidi berupa benih,pupuk dan alat-alat
pertanian sering tidak di salurkan dengan benar dan tepat sasaran.
DAFTAR PUSTAKA
Kartasapoetra, A.G. 1994. Teknologi penyuluhan
pertanian. Bumi Aksara.
Jakarta.
Nurmala, Tati. Dkk. 2012. Pengantar Ilmu Pertanian.
Graha Ilmu. Yogyakarta.
S, Santoso. 1992. Dinamika kelompok. Bumi
Aksara. Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar