LITTLE HELPER

Penolong Kecil. Hope you enjoy in my blog.

Minggu, 01 Mei 2016

Laporan Ceramah [Pendidikan Agama Islam]



 




TUGAS MATA KULIAH UMUM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
LAPORAN AKHIR CERAMAH






Oleh

Devi Puspita Amartha Yahya
1514121100
20






                
 

















JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG

2016

MUQADDIMAH



اَلْحَمْدُ ِللهِ الْمَلِكِ الْحَقِّ الْمُبِيْنِ، الَّذِي حَبَانَا بِالْإِيْمَانِ واليقينِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد،ٍ خَاتَمِ الأَنْبِيَاءِ وَالمُرْسَلِين، وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِيِن، وَأَصْحَابِهِ الأَخْيَارِ أَجْمَعِين، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ
Artinya : Segala puji bagi Allah, al-Malik Al-Haqq, Al-Mubin, yang memberikan kita nn.nyiman dan keyakinan. Ya Allah, limpahkan shalawat pada pemimpin kami nn.nyMuhammad, penutup para nabi dan rasul, dan begitu pula pada keluarganya nn.nyyang baik, kepada para sahabat piluhan, dan yang mengikuti mereka dengan nn.nypenuh ihsan hingga hari kiamat.

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Artinya : Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, nn.nypengampunan, dan petunjuk-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari nn.nykejahatan diri kita dan keburukan amal  kita. Barang siapa mendapat dari nn.nypetunjuk Allah maka tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barang nn.nysiapa yang sesat maka tidak ada pemberi petunjuknya baginya. Aku nn.nybersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah nn.nyhamba dan Rasul-Nya. Ya Allah, semoga doa dan keselamatan tercurah nn.nypada Muhammad dan keluarganya, dan sahabat dan siapa saja yang nn.nymendapat petunjuk hingga hari kiamat.

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الأزْمَانِ وَالآنَاءِ، فَلا ابْتِدَاءَ لوجوده ولا انتهاءَ، يستوي بعلمه السرُّ والخفاءُ، اَللَّهُمَّ صَلِّيْ عَلَي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتِمِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمَرْسَلِيْنَ وَعَلَي آلِهِ الطَّيِّبِيْنَ وَأَصْحَابِهِ اْلأَخْيَارِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ.
Artinya : Segala puji bagi Allah, Tuhan segala tempat dan segala zaman, tidak ada nn.nyawal dari wujud-Nya ataupun akhir keberadaan-Nya, dengan ilmu-Nya nn.nysama baginya hal yang rahasia dan tersembunyi. Ya Allah limpahkan nn.nyberkah dan keselamatan pada junjungan kami, Muhammad penutup para nn.nyNabi dan rasul, dan kepada keluarga dan sahabat yang terbaik seluruhnya.

DAFTAR ISI



Muqaddimah ....................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................ ii
Ceramah 1 .......................................................................................................... 1
Ceramah 2 .......................................................................................................... 4
Ceramah 3 .......................................................................................................... 8
Ceramah 4 ........................................................................................................ 11
Ceramah 5 ........................................................................................................ 14
Ceramah 6 ........................................................................................................ 17
Ceramah 7 ........................................................................................................ 20
Ceramah 8 ........................................................................................................ 23
Ceramah 9 ........................................................................................................ 25
Ceramah 10 ...................................................................................................... 28
Lampiran .......................................................................................................... 32
















­­­­­­­­­­­­­­








Tugas Ceramah 1



Penceramah                 : Dra. Hj. Yati Priyati dan Helda Rahmi Sina
Hari, tanggal, pukul    : Selasa, 8 September 2015, 05.00 – 06.00 WIB
Tempat                        : Serambi Islam TVRI
Kategori                      : Kuliah Subuh


Kemuliaan Kaum Wanita Dalam Islam


Islam datang pada zaman yang pada saat itu orang-orang jahiliyah sangat membenci dengan anak perempuan, sebagaimana yang di gambarkan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala dalam firmanNya:

"Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, wajah mereka menjadi hitam (merah padam) mukanya, dan ia sangat marah". (QS an-Nahl: 58).

Lalu kemudian mereka mendandani bayi tersebut lalu menguburnya hidup-hidup tanpa dosa dan kesalahan, maka datang lah Islam mengharamkan perbuatan yang sangat kejam tersebut kemudian mengajak para pemeluknya untuk mengangkat kedudukan seorang wanita serta memuliakannya, Allah Ta'ala berfirman:

"Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa Apakah Dia dibunuh". (QS at-Takwiir: 8-9).

Ketika agama Islam datang orang-orang jahiliyah tidak pernah memberi pada wanita bagian dari warisan yang mereka tinggalkan, maka agama Islam mengembalikan haknya kaum perempuan dengan memberikan hak yang mereka miliki, dari warisan yang di tinggalkan oleh kedua orangtuanya baik sedikit maupun banyak sesuai dengan harta peninggalannya. Allah Ta'ala berfirman:

"Bagi seorang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan kedua orangtua dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan kedua orangtua dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan".  (QS an-Nisaa: 7).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sering mengingatkan dengan sabda-sabdanya agar umat Islam menghargai dan memuliakan kaum wanita. Di antara sabdanya :
 “Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para wanita.”(HR Muslim: 3729)

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah yang paling baik terhadap istriku.”(HR Tirmidzi 285)

Rasulullah pernah bersabda bahwa kebanyakan penghuni neraka adalah wanita. Rasulullah juga mengisyaratkan banyaknya wanita muslimah yang masuk surga. Bahkan, ada wanita-wanita muslimah yang bisa masuk surga dari pintu manapun. Ya, wanita muslimah seperti Anda bebas mau masuk surga dari pintu manapun, asalkan memenuhi 4 kriteria berikut ini.

 “Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita tersebut, “Masuklah ke surga melalui pintu manapun yang engkau suka.” (HR. Ahmad; shahih)

1.      Menjaga shalat lima waktu

Kriteria pertama wanita bisa masuk surga dari pintu manapun, setelah ia beriman kepada Allah, adalah menjaga shalat lima waktu. Artinya ia selalu mengerjakan shalat Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya’ dan Subuh. Tidak pernah meninggalkan shalat-shalat tersebut kecuali di saat-saat diharamkan shalat, yakni saat haidh dan nifas. Ia tidak malas mengerjakannya, juga tidak menunda-nunda. Shalat demikian penting dan menempati urutan pertama amal seseorang. Shalat juga menjadi barometer amal-amal lainnya.

“Amal yang akan dihisab pertama kali dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Jika baik shalatnya, baik pula seluruh amalnya. Jika buruk shalatnya, buruk pula seluruh amalnya.” (HR. Tirmidzi)

2.      Berpuasa di bulan Ramadhan

Kriteria kedua wanita bisa masuk surga dari pintu manapun adalah puasa Ramadhan. Ia berpuasa penuh di bulan yang mulia itu, kecuali pada hari-hari ia berhalangan dan diharamkan berpuasa. Maka saat ia terhalang haid, ia menggantinya di bulan lain selain Ramadhan. Pun saat ia udzur karena sakit, ia menggantinya di hari lain. Sedangkan saat ia telah tua dan tidak mampu berpuasa, ia pun membayar fidyah sebagai gantinya.

“Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertaqwa (disediakan) surga-surga yang penuh kenikmatan di sisi Rabbnya.” (QS. Al Qalam : 34)

Sedangkan puasa Ramadhan, tujuannya adalah membentuk insan yang bertaqwa.

”Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian menjadi bertaqwa.” (QS. Al Baqarah : 183)

3.      Menjauhi zina

Kriteria ketiga wanita bisa masuk surga dari pintu manapun adalah menjaga kemaluannya dari zina. Artinya, bukah hanya ia tidak berzina, tetapi ia juga menjauhi zina sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah.

 “Dan janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan keji dan jalan yang buruk” (QS.Al Isra’ : 32)

Wanita yang ingin bisa masuk surga dari pintu manapun, ia tidak pernah berzina, ia tidak pernah selingkuh, ia menjaga tata pergaulannya sesuai aturan Islam, hingga terjagalah dirinya dari khalwat-ikhtilat dan hal-hal lain yang mendekati dan dapat mengantarkan menuju zina.

4.      Taat kepada suami

Kriteria keempat wanita bisa masuk surga dari pintu manapun adalah, ia mentaati suaminya dalam hal-hal yang tidak bertentangan dengan syariat. Bagi wanita muslimah, setelah ia menikah, maka orang pertama yang berhak ia taati adalah suaminya. Bahkan melebihi ketaatan kepada orangtua. Khususnya ketika suaminya sejalan dengan aturan agama.

Dalam hadis lain bahkan Nabi menyamakan seorang wanita itu ibarat perhiasan dunia namun perhiasan yang baik itu adalah seorang wanita yang salehah.

Dari Abu Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu ‘Anhuma bahwa Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,“Dunia ini adalah perhiasan/kesenangan dan sebaik-baik perhiasan/kesenangan dunia adalah wanita salehah”(HR. Muslim,Nasai,Ibnu Majah)



Tugas Ceramah 2



Penceramah                 : Ust. Ahmad Zainuddin
Hari, tanggal, pukul    : Senin, 14 September 2015, 05.00 – 06.00 WIB
Tempat                        : Rodja Radio
Kategori                      : Kuliah Subuh


Orang Yang Meremehkan Shalat Hukum

Kedudukan Shalat dalam Islam.

Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman,

“Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya bagi orang-orang yang beriman.” (An-Nisaa’ :103)

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’.” (QS. 2:43)

Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda,

“Islam dibangun atas 5 hal: Syahadat bahwa tidak ada ilah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah kemudian mendirikan shalat, menunai-kan zakat, melaksanakan hajji ke Tanah Haram (Makkah) dan shaum di Bulan Ramadhan.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Ayat-ayat dan hadits di atas menun-jukkan tingginya posisi shalat dalam Islam dan sebagai salah satu rukunnya yang terpenting setelah syahadatain. Shalat juga merupakan amal yang paling afdhal setelah syahadatain, hal ini dikarenakan shalat adalah satu-satunya ibadah yang paling lengkap dan paling indah yang mengumpulkan berbagai macam bentuk ibadah. Shalat juga merupakan ibadah yang pertama kali diperintahkan oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam kepada seorang muslim.

Shalat lima waktu hukumnya fardhu ‘ain berdasarkan al-Qur’an, as-Sunnah dan Ijma’. Allah memfardhukan shalat di malam mi’raj dari langit ketujuh. Hal ini menunjukkan tingginya kedudukan dan kewajiban shalat.
Hadits-hadits yang menjelaskan tentang shalat 5 waktu beserta bilangan roka’atnya dan semua sifat gerakannya, telah mencapai derajat mutawatir ma’nawi. Dan segala sesuatu yang dinukil secara mutawatir itu harus diterima oleh setiap muslim dan siapa pun yang menentang atau menolaknya, maka ia kafir.

Rasulullah SAW bersabda:

“ Kepala kepada urusan ini, ialah Islam, barangsiapa masuk Islam selamat, adapun tiang-tiangnya ialah solat dan puncaknya ialah jihad di jalan Allah.” (HR. ath-Thabarani)

 “Barangsiapa mengerjakan solat dengan solat kami, menghadap ke arah kiblat kami dan memakan binatang sembelihan kami, maka yang demikian menunjukkan beliau itu adalah seorang Muslim, yang mempunyai tanggungjawab terhadap Allah dan Rasul-Nya.” (HR. al-Bukhari )

Mendirikan shalat termasuk mendirikan agama, sedangkan meninggalkan shalat termasuk merobohkan agama. Hal ini jelas tersurat dalam hadits Rasulullah saw: 

“Shalat adalah tiang agama, barangsiapa yang menegakkannya, maka ia telah menegakkan agamanya dan barangsiapa yang merobohkannya, berarti ia telah merobohkan agamanya” (HR Baihaqi)

Oleh Karena itu, shalat merupakan hal yang sangat penting bagi seorang muslim, sebab shalat menjadi tolok ukur kebaikan serta diterimanya amal. Dengan kata lain kalau ingin amalnya menjadi baik maka pertama kali yang harus diperbaiki adalah shalat. Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda:

“Yang pertama kali akan diperhitungkan (dihisab) dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat, jikalau shalatnya baik, maka baiklah seluruh amalnya, dan apabila shalatnya rusak, maka rusaklah seluruh amalnya.” (Shahihul jami’)

Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah mengatakan: 

“Kaum muslimin bersepakat bahwa meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.” (ash-Shalah, hal. 7)



Kemudian juga dinukil oleh adz-Dzahabi dalam al-Kaba’ir, bahwa Ibnu Hazm rahimahullah telah berkata: 

“Tidak ada dosa setelah kejelekan yang paling besar daripada dosa meninggalkan shalat hingga keluar waktunya dan membunuh seorang mukmin tanpa alasan yang bisa dibenarkan.” (al-Kaba’ir, hal. 25)

 Adapun pendapat Adz-Dzahabi sendiri adalah: 

“Orang yang mengakhirkan shalat hingga keluar waktunya termasuk pelaku dosa besar. Dan yang meninggalkan shalat secara keseluruhan -meski satu shalat saja- dianggap seperti orang yang berzina dan mencuri. Karena meninggalkan shalat atau luput darinya termasuk dosa besar. Oleh karena itu, orang yang meninggalkannya sampai berkali-kali termasuk pelaku dosa besar sampai dia bertaubat. Sesungguhnya orang yang meninggalkan shalat termasuk orang yang merugi, celaka dan termasuk orang mujrim (yang berbuat dosa).” (al-Kaba’ir, hal. 26-27)

Pendapat para ulama tersebut di atas tentunya tidak lepas dari firman Allah swtdalam al-Qur’an surat al-Ma’un ayat 4-5: 

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya”

Lalai dalam shalat maksudnya adalah shalat tidak tepat waktu, dalam artian ketika waktu sudah habis, baru melakukan shalat. Demikian orang yang shalat tidak tepat waktu saja diancam dengan kecelakaan, apalagi yang meninggalkan shalat. Rasulullah saw bersabda:

”Barang siapa yang sengaja meninggalkan shalat, maka Allah akan mencatat namanya pada pintu neraka, yakni menjadi sebagian dari orang-orang yang akan masuk neraka.” (HR Abu Nu’aim)

“Barang siapa yang tidak menjaga shalat, maka kelak ia tidak akan memiliki nur, pertanda dan keselamatan serta di hari kiamat akan dikumpulkan bersama Qarun, Fir’aun, Hamman dan Ubaiy Bin Khalaf” (HR Ahmad)

Keempat nama orang yang disebutkan Rasulullah ini meru-pakan manusia-manusia pembangkang terhadap perintah Allah. Hal ini berarti jika kita tidak menjaga shalat, maka sama artinya dengan membangkang terhadap perintah Allah. Oleh karenanya ciri orang mukmin adalah shalat sedangkan ciri dari orang kafir adalah tidak melakukan shalat. Rasulullah saw bersabda: 

“Barang siapa yang sengaja meninggalkan shalat, berarti ia telah kufur secara terang-terangan” (HR Imam Thabrani)

 “Diantara kufur dan iman adalah meninggalkan shalat” (HR Tirmi-dzi)

 “Barangsiapa yang telah mengerjakan shalat tetapi shalatnya tidak mampu mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar, maka tidaklah ditambah sesuatu kepadanya melainkan semakin jauh dari Allah.”

Hadits-hadits ini merupakan ancaman yang sangat berat bagi seorang muslim yang tidak mau benar-benar menjaga shalatnya. Padahal jika kita mau menjaga shalat kita dengan baik, maka tentunya pahala yang telah disiapkan oleh Allah sangatlah luar biasa. Hal ini tersirat dalam al-Qur’an surat al-Ma’aarij ayat 32—35 dijelaskan sebagai berikut: 

“Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah dan janjinya. Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itu di syurga lagi dimuliakan.” 


















Tugas Ceramah 3



Penceramah                 : Ust. Taufiqurrahman
Hari, tanggal, pukul    : Senin, 21 September 2015, 05.00 – 06.00 WIB
Tempat                        : Serambi Islam TVRI
Kategori                      : Kuliah Subuh


Akhlak Anak Kepada Orang Tua

Berbakti (Al Birr) adalah kata yang mencakup kebaikan dunia dan akhirat, berbakti kepada kedua orang tua adalah dengan berbaik kepada keduanya, memenuhi hak-hak keduanya, dan mentaati keduanya. Allah SWT Berfirman dalam Surat Al-Isra ayat 23 :

“ Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua “

Hal ini menunjukan bahwa akhlak menghormati orang tua adalah suatu hal yang sangat penting yang dianjurkan oleh Rosulullah kepada Umatnya.Adapun akhlak anak terhadap orang tua adalah sebagai berikut : Sayangilah, cintailah, hormatilah, patuhlah kepadanya rendahkan dirimu, sopanlah kepadanya. Ketahuilah bahwa kita hidup bersama orang tua merupakan nikmat yang luar biasa, kalau orang tua kita meninggal alangkah sedihnya hati kita karena tidak ada yang dipandang lagi.

Allah SWT telah memerintahkan supaya kita jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kita berbuat baik pada Ibu Bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Allah SWT Berfirman dalam Surat Al-Isra ayat 23:

“Maka janganlah Kamu mengatakan ah kepada orang tua dan janganlah membentaknya dan ucapkanlah kepada keduanya dengan perkataan yang baik”.

Kita juga diperintahkan oleh Allah SWT untuk merendahkanlah diri terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah:

"Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".(QS Al-Isra : 24)


Keutamaan berbakti kepada orang tua

Rosulullah SAW Bersabda :

“Dari Abdullah Bin Mas’ud berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullah: “Amalan apakah yang dicintai oleh Allah” Beliau menjawab: “Sholat pada waktunya. Aku bertanya lagi: “Kemudian apa” Beliau menjawab: “Berbakti kepada kedua orang tua”. Aku bertanya lagi: “Kemudian apa” Beliau menjawab: “Jihad dijalan Allah”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Dari Hadits tersebut bisa disimpulkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua itu merupakan amal perbuatan yang paling dicintai oleh Allah SAW.

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah dan bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu” (QS.Luqman:14)

Cara Berbuat baik kepada Orang Tua yang masih Hidup
Agama Islam mengajarkan dan mewajibkan kita sebagai anak untuk berbakti dan taat kepada ibu-bapak. Taat dan berbakti kepada kedua orang tua adalah sikap dan perbuatan yang terpuji, ada banyak cara untuk berbakti dan bersikap sopan santun kepada orang tua,  diantaranya adalah:
a.       Mentaatinya dalam hal yang ma'ruf
b.      Mengikuti kemauan keduanya selama tidak bermaksiat kepada Allah
c.       Berinfak kepada keduanya jika keduanya membutuhkannya
d.      Tidak menghina keduanya
e.        Meminta kerelaan orang tua ketika akan berbuat sesuatu
f.       Berkata halus dan mulia kepada ibu dan ayah
Berbakti kepada orangtua tidak hanya kita lakukan ketika orang tua masih hidup, berbakti kepada orang tua juga dapat kita lakukan meski orang tua telah meninggal. Rosulullah SAW Bersabda:

”Seseorang bertanya kepada Rasulullah: wahai Rasulullah, apakah ada sisa kebajikan setelah keduanya meninggal dunia yang aku untuk berbuat sesuatu kebaikan kepada kedua orang tuaku?Rasulullah bersabda: ”ya, mendoakan dan memintakan ampun untuk keduanya, melaksanakan janji keduanya, memuliakan teman-teman kedua orang tua, dan bersilaturrahim yang engkau tiada mendapatkan kasih sayang kecuali karena kedua orang tua.”
Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk berbakti kepada orang tua yang telah meninggal adalah sebagai berikut:
a.    Merawat Jenazahnya dengan memandikan, menshalatkan dan menguburkanya.
b.    Melaksanakan wasiat dan menyelesaikan hak Adam yang ditinggalkannya.
c.    Menyambung tali silaturahmi kepada kerabat dan teman –teman dekatnya atau Memuliakan teman-teman kedua orang tua.
d.   Melanjutkan cita-cita luhur yang dirintisnya atau menepati janji kedua ibu bapak.
e.    Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan meminta ampun kepada Allah dari segala dosa orang tua kita.

Karena orang tua merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan setiap manusia, tentu akan terdapat akibat-akibat jika kita mendurhakai orang tua.
Beberapa hal yang merupakan akibat dari mendurhakai orang tua adalah:
1.      Anak-anak yang mendurhakai orangtuanya akan di kutuk oleh Allah
Sesuai dengan sabda Rasul yang artinya:
“Barang siapa yang membuat ibu bapaknya marah , maka berarti membuat Allah marah kepadanya” (H.R Bukhari)

Dan ada juga hadits Rasul yang menyatakan :
“Ridha Allah di dalam keridhaan kedua orang tua, dan murka Allah di dalam murka kedua orangtuanya” (H.R Turmudzi)

2.      Disegerakan siksanya di dunia ini.
Sesuai dengan sabda Rasul yang artinya:
“Semua dosa itu, siksanya akan di tangguhkan Allah sesuka-Nya, kecuali dosa karena dosa kepada orang tua, maka sesungguhnya Allah akan menyegerakannya dalam hidup di dunia ini sebelum meninggal dunia” (H.R Hakim)

Terdapat juga riwayat rasul yang mengatakan:
“Ada 2 dosa yang disegerakan hukumannya di dunia ini, yaitu zina dan durhaka kepada kedua orangtua”.





Tugas Ceramah 4



Penceramah                 : Ust. Aisyah Chotib dan Ust. Nurjanah Huriwani
Hari, tanggal, pukul    : Senin, 29 September 2015, 05.00 – 06.00 WIB
Tempat                        : Serambi Islam TVRI
Kategori                      : Kuliah Subuh


Muamalah Dengan Asisten Rumah Tangga

Pembantu rumah tangga adalah seseorang yang dipekerjakan untuk membantu mengurusi segala pekerjaan di dalam rumah tangga, mulai dari membersihkan rumah, mencuci pakaian, membersihkan pekarangan, dan sebagainya. Namun kenyataannya, masih banyak para pembantu rumah tangga yang tidak diperlakukan dengan baik oleh majiannya, posisi mereka sebagai seseorang yang berada dalam kelompok pekerja kasar sering tidak dihargai oleh majikannya. Mengingat peran mereka yang begitu penting seharusnya para majikan dapat memahami serta menghargai jerih payah mereka.

Pola hubungan antara tuan dan pembantunya itu diatur sedemikian rupa dalam Islam. Hal itu salah satu tujuannya ialah untuk menghindari terjadinya pelanggaran hak dan tidak terlaksananya kewajiban. Sikap yang diteladankan Rasulullah saat memperlakukan pembantunya pada dasarnya menjadi gambaran umum tentang pola ideal antara majikan dan pembantu.

Beberapa hal penting yang ditekankan Islam terkait etika mempekerjakan pembantu terangkum dalam beberapa poin utama berikut, yaitu, yang pertama, berperilaku baik dan wajar kepada para pembantu. Mereka sama halnya manusia lainnya, yang memiliki rasa dan hak untuk diperlakukan laik dan pantas. Dalam hadis riwayat Bukhari yang mengisahkan perihal sikap Rasulullah terhadap Anas bin Malik adalah acuan mendasar yang harus dijadikan pedoman bagi para majikan.

Kedua, bayarlah gaji pembantu sesuai dengan kesepakatan awal. Lebih baiknya, kesepakatan tersebut tercatat rapi dalam sebuah dokumen. Sebagai arsip, cara ini akan lebih memudahkan bila suatu saat terjadi masalah. Sebab, pembayaran gaji yang tidak sama dengan perjanjian awal dianggap sebagai kezaliman yang besar. Dalam sebuah riwayat Bukhari, Rasulullah bersabda,

Allah SWT berfirman, Ada tiga kategori golongan yang Aku menentangnya (kelak) di hari kiamat: lelaki yang berinfak kemudian ditarik kembali, lelaki yang menjual orang merdeka lalu memakan uangnya, dan orang yang mempekerjakan pekerja dan telah mendapatkan hasilnya, tetapi tidak memberikan upah.”

Termasuk dalam poin ini ialah hendaknya membayar upah pembantu tepat waktu dan tidak menundanya selama ia mampu.
Seorang majikan yang mampu lantas tidak menunaikan kewajibannya, maka tindakan itu dikategorikan sebagai perbuatan zalim. “Penundaan (membayar utang) orang yang kaya adalah zalim.

Riwayat lain dari Abdullah bin Umar menganjurkan agar menyegerakan pembayaran upah para pembantu. Disebutkan, permisalan jangka pembayarannya ialah sebelum keringat pekerja yang bersangkutan mengering.

Ketiga, tidak memberikan beban pekerjaan yang melampaui batas kemampuan mereka. Jangan sampai hal ini disepelekan. Membebani pembantu dengan tugas yang berat bisa menyakiti mereka. Perlakukanlah mereka seperti bagian dari keluarga
sendiri. Rasulullah mewanti-wanti agar hal itu dilakukan.Dalam hadis riwayat Bukhari dijelaskan, 

“Barang siapa yang saudaranya berada di bawah perintahnya (bekerja untuknya), maka berikan makanan yang sama dengan yang ia makan, pakaian yang ia kenakan, dan hendaknya tidak memberikan tugas di luar batas kewajaran yang lantas dapat menyebabkan sakit.

Keempat, tidak berlaku kasar terhadap pembantu, apalagi menganiaya mereka dengan pukulan, tamparan, ataupun bentuk penganiayaan lainnya. Termasuk, menyakiti mereka dengan perkataan-perkataan hina yang merendahkan dan mencibir kehormatan mereka. 

Diriwayatkan dari Abu Masud Al Badari RA, ia berkisah suatu saat ia pernah mencambuk pembantunya dengan cambuk. Ia mendengar seseorang berbicara dan menegurnya dari belakang. 

Awalnya, ia tak mengerti apa yang dimaksud lelaki tersebut. Betapa kagetnya bahwa sosok tersebut ialah Rasulullah SAW yang lantas bersabda, ”Ketahuilah Abu Masud, Allah mencatat segala tindakanmu atas pembantu ini.” Sejak peristiwa itu, Abu Masud tidak pernah sekali pun memukul pembantunya.
Pantaslah bila Anas bin Malik RA mengaku, selama kurang lebih sepuluh tahun mengabdi, ia tidak pernah mendapati Rasulullah mengumpat, menyalah-nyalahkan pekerjaannya yang ia lakukan.

Dalam kurun waktu itu pula, yang ia dapati justru penghormatan dan perlakuan baik dari Nabi beserta keluarga. Rasulullah juga tidak pernah menjadikan profesi yang dilakoni Anas bin Malik sebagai status sosial lalu mendiskriminasi mereka berada di level sosial paling bawah.





























Tugas Ceramah 5



Penceramah                 : Ust. Syamsuddin Nur
Hari, tanggal, pukul    : Jumat, 2 Oktober 2015, 05.30 – 06.00 WIB
Tempat                        : Islam Itu Indah Trans TV
Kategori                      : Kuliah Subuh

Rejeki Mampet

Di bumi ini, Allah sudah menyediakan rezeki yang berlimpah untuk setiap makhluknya, tinggal kita yang harus berusaha untuk menjemputnya. Rezeki juga bukan hanya selalu berbentuk uang, tapi juga ilmu, kesehatan, ketentraman jiwa, pasangan hidup, keturunan, nama baik, persaudaraan bahkan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Meski begitu, terkadang juga kita merasa rezeki kita tidak lancar meskipun kita sudah berusaha untuk menjemputnya. Rasanya selalu ada saja halangan yang membuat kita kehilangan kesempatan yang seharusnya bisa kita dapatkan. Gagal dalam bisnis, dipecat, hati tidak tentram, dan masih banyak lagi persoalan yang membuat manusia merasa pintu rezeki rasanya begitu tertutup.

1.      Lepasnya ketawakalan hati
Sesungguhnya Allah akan sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Kunci dari kesuksesan adalah usaha dan do’a. Maka, teruslah tawakkal dan percaya kepada Allah bahwa usaha kita pada akhirnya akan membuahkan hasil. Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman:

“Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Demikian janji Allah.” (Ath-Thalaaq: 3)

2.      Dosa dan maksiat yang dilakukan
Rasulullah Sallahu ‘Alaihi wa Salam Bersabda:

“Sesungguhnya seseorang terjauh dari rezeki disebabkan oleh perbuatan dosanya.” (HR Ahmad.)

Sudah menjadi tugas kita sebagai hamba untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Maka bertaubatlah, karena Allah Maha Pengasih dan Maha Pemberi Ampun.

3.      Maksiat saat mencari nafkah
Lindungi diri kita setiap hari dari maksiat yang mungkin kita lakukan dalam pekerjaan sehingga membuat pekerjaan kita menjadi tidak halal. Misalnya korupsi (waktu atau uang) meski dalam jumlah yang sedikit, memanipulasi timbangan, praktik mark up dan maksiat kecil lainnya yang tidak terasa.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga telah menyampaikan ancaman terhadap orang-orang yang memakan harta yang haram. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 

"Sesungguhnya tidak akan masuk surga daging yang tumbuh dari harta yang haram. Neraka lebih pantas untuknya". (HR Ahmad dan Ad Darimi).

Di dalam Al Qur’an, Allah marah terhadap orang-orang Yahudi, karena sifat mereka yang suka memakan harta haram. Allah berfirman:

"Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, (lagi) banyak memakan yang haram". (Al Maidah:42).

"Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi". (Muthaffifiin:1-3).

4.      Lupa ibadah
Menumpuknya pekerjaan terkadang membuat kita menunda waktu shalat atau bahkan meninggalkannya, lupa untuk menghadap sebentar pada Dia yang memberi rezeki. Jadikan ibadah sebagai tanda syukur atas rezeki yang sudah didapat saat ini, karena sesungguhnya Allah akan memberi lebih kepada mereka yang bersyukur.

"Suatu ketika Nabi SAW dan para sahabat melihat ada seorang laki-laki yang sangat rajin dan ulet dalam bekerja, seorang sahabat berkomentar: "Wahai Rasulullah, andai saja keuletannya itu dipergunakannya dijalan Allah.” Rasulullah saw menjawab: “Apabila dia keluar mencari rezeki karena anaknya yang masih kecil, maka dia dijalan Allah. Apabila dia keluar mencari rejeki karena kedua orang tuanya yang sudah renta, maka dia dijalan Allah. Apabila dia keluar mencari rejeki karena dirinya sendiri supaya terjaga harga dirinya, maka dia dijalan Allah. Apabila dia keluar mencari rejeki karena riya’ dan kesombongan, maka dia di jalan setan.” (Al-Mundziri, At-Targhîb wa At-Tarhîb)

5.      Tidak bersedekah
Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman:

“Sedekah bagaikan sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat” (QS Al Baqarah: 261)

“Kamu tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna) sehingga kamu menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap diri sendiri. Dan Allah lah yang Maha Kaya sedangkan kamu orang-orang yang membutuhkan-Nya.” (QS.Muhammad :38)























Tugas Ceramah 6



Penceramah                 : Ust. Aa Gym
Hari, tanggal, pukul    : Jumat, 12 Oktober 2015, 05.30 – 06.00 WIB
Tempat                        : Serambi Islam TVRI
Kategori                      : Kuliah Subuh

Meneladani Akhlak Rasulullah SAW

Sikap dan tindakan Rasulullah Saw ketika berinteraksi dan berjuang menyampaikan risalah Islam selalu menjadi bahan renungan dan teladan umat manusia dewasa ini. Karena keluhuran budi pekertinya, tak heran bila Rasulullah Saw menjadi sosok yang disegani, baik oleh kawan maupun lawan. Rasulullah Saw adalah figur teladan abadi sepanjang zaman. Kewibawaan dan sikap-sikap pribadinya telah dicatat dalam berbagai buku sejarah kehidupan beliau (sirah nabawiyah).

Bangsa Arab pun memberikan gelar kepercayaan tinggi kepada beliau sebagai orang muda yang jujur dapat dipercaya (Al-Amīn). Sehingga Allah sendiri menganugerahinya dengan julukan pemilik Akhlak yang agung (Ibn Hisyām, 1981):

“Dan sesungguhnya engkau Muhammad benar-benar berbudi pekerti (akhlak) yang agung” (Q.S. Al-Qalam : 4).

“Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang rasul dari dirimu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan kebaikan untukmu, pemaaf dan penyayang kepada orang-orang mukmin.” ( QS.Al-Taubah : 9)

Surat al-Taubah ayat 9 ini berbicara tentang beberapa sifat Nabi yang patut diteladani oleh setiap umatnya. Sifat yang pertama, beliau ikut menderita bersama penderitaan umat, berat terasa olehnya penderitaanmu. Terhadap umatnya, Rasulullah ibarat seorang ibu yang sedang mengasuh anak-anaknya. Hati beliau akan sangat sedih sekali melihat umatnya menderita, sakit atau tertimpa musibah. Beliau bahkan lebih menderita daripada seorang ibu yang melihat anaknya menderita penyakit.

Hal ini berkaitan dengan firman Allah swt. dalam Surah An-Nisa' ayat 8 berikut.

"Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir beberapa kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik. (Q.S. An-Nisa’ [4] : 8)
Rasulullah saw. bersabda:

"Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya adalah laksana bangunan yang saling menguatkan bagian satu dengan bagian yang lainnya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Sifat yang kedua, sangat mengharap kebaikan sebanyak-banyaknya untuk umat muslim, sangat menginginkan kebaikan untukmu. Artinya, Rasulullah ikut bergembira dengan kegembiraan yang dirasakan oleh salah seorang umatnya. Tak ada rasa iri ataupun keinginan agar nikmat yang dimiliki seseorang hilang dari dirinya. Meski terdengar cukup sederhana, sifat ini hanya bisa terdapat pada diri orang yang hatinya bersih dari dengki, iri dan sifat-sifat tercela lainnya. Jika para pemimpin rakyat memiliki sifat ini, tentu rakyat akan hidup dalam kemakmuran.

Sifat berikutnya adalah sangat pemaaf dan penuh kasih sayang kepada orang-orang yang beriman. Dalam ayat yang lain, Allah mengilustrasikan masayarakat muslim di masa Nabi dengan ucapan, “sangat tegas kepada orang-orang kafir, saling kasih sayang sesama mereka.” Dan Rasulullah adalah orang pertama yang mencontohkan hal itu kepada mereka. Sebagai umatnya, kita diharuskan untuk meneladani sifat-sifat dan akhlak mulia ini semaksimal mungkin. Rasulullah saw pernah bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat dengan aku pada hari akhir kelak adalah yang termulia akhlaknya.”

Allah Azza wa Jalla berfirman :

“Janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka tidak akan mem beri (bantuan) kepada kaum kerabat (nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah. Hendaklah mereka memaafkan dan berla pang dada. Apakah ka mu tidak ingin agar Allah meng ampunimu? Sesungguhnya, Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS An-Nur : 22)

Dalam ayat lain, Allah Azza wa Jalla berfirman:

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan perbuatan baik, serta berpisahlah dari orang-orang yang bodoh. (Al-A’raf :199)”

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah, kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.” (Ali Imran :159)

Bahkan sifat ini termasuk ciri hamba Allah Azza wa Jalla yang bertakwa kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya.

“(Orang-orang yang bertakwa adalah) mereka yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya serta (mudah) memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali-Imran :134)




























Tugas Ceramah 7



Penceramah                 : Ust. Badrusalam
Hari, tanggal, pukul    : Sabtu, 17 Oktober 2015, 05.00 – 06.00 WIB
Tempat                        : Radio Rodja 756 AM
Kategori                      : Kuliah Subuh

Durhaka

Keberadaan orang tua terutama ibu, tanpa menafikan bapak adalah sangat berharga dalam kehidupan kita, ia telah mengandung, melahirkan, menyusui dan membesarkannya dengan susah payah. Oleh karena posisi sang ibu yang demikian berharga ini kepada orang tua akan mendapat dosa yang amat besar. Saking strategisnya itulah sehingga Allah menggantungkan ridho-Nya kepada orang tuanya. Firman Allah Ta'ala:

"Dan kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada ibu-bapanya, ibunya telah mengandung dia dengan susah-payah dan melahirkannya dengan susah-payah pula; mengandung dan menyusuinya selama 30 bulan." (al-Ahqaf: 16)

Diriwayatkan:

"Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi dan bertanya: Siapakah manusia yang lebih berhak saya kawani dengan baik? Ia menjawab: Ibumu! Dia bertanya lagi: Kemudian siapa? Ia menjawab: Ibumu! Dia bertanya lagi: Kemudian siapa lagi? Ia menjawab: Ibumu! Dia bertanya lagi: Kemudian siapa lagi? Ia menjawab: Ayahmu!" (HR. Bukhari dan Muslim)

"Semua dosa akan ditangguhkan Allah sampai nanti hari kiamat apa saja yang Dia kehendaki, kecuali durhaka kepada dua orang tua, maka sesungguhnya Allah akan menyegerakan kepada pelakunya dalam hidupnya (di dunia) sebelum meninggal." (HR. Hakim)

Allah memperkuat pesannya untuk berbuat baik kepada dua orang tua ini, ketika kedua orang tua tersebut telah mencapai umur lanjut, kekuatannya sudah mulai menurun, mereka sudah mulai sangat membutuhkan pertolongan dan dijaganya perasaannya yang mudah tersinggung itu. Dalam hal ini Allah berfirman sebagai berikut:
"Tuhanmu telah memerintahkan hendaklah kamu tidak berbakti kecuali kepadaNya dan berbuat baik kepada dua orang tua, jika salah satu di antara mereka atau keduanya sudah sampai umur tua dan berada dalam pemeliharaanmu, maka janganlah kamu katakan kepada mereka itu kata-kata 'uff' (kalimat yang tidak menyenangkan hati), dan jangan kamu bentak mereka, tetapi katakanlah kepada mereka berdua kata-kata yang mulia. Dan rendahkanlah terhadap mereka berdua sayap kerendahan karena kasih, dan doakanlah kepada Tuhanmu: Ya Tuhanku! Berilah rahmat mereka itu, sebagaimana mereka telah memeliharaku di waktu aku masih kecil." (al-Isra': 23-24)

Bahaya-bahaya durhaka, azab dan dosa durhaka terhadap orang tua.
1.      Haram masuk surga.
“Ada tiga jenis orang yang diharamkan Allah masuk surga, yaitu pemabuk berat, pendurhaka terhadap kedua orang tua, dan seorang dayyuts (merelakan kejahatan berlaku dalam keluargannya, merelakan istri dan anak perempuan selingkuh)” . (H.R. Nasa’i dan Ahmad).
2.      Dimurkai Allah swt
“Keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua, dan murka Allah pun tergantung pada murka kedua orang tua”. (H.R. al-Hakim).
3.      Allah tidak menerima shalatnya
“Allah tidak akan menerima shalat orang dibenci kedua orang tuannya yang tidak menganiaya kepadannya”. (H.R.  Abu al-Hasan bin Makruf)

“Ada tiga golongan yang Allah tidak menerima (amal kebajikannya) dari yang sunnah maupun yang fardhu, yaitu durhaka kepada orang tua, orang yang suka mengungkit-ungkit kebaikannya, dan orang yang mendustakan takdir”. (H.R. Thabrani).
4.      Dipecat sebagai pengikut nabi SAW
“Bukan termasuk dari golongan kami orang yang diperluas rezekinnya oleh Allah lalu ia kikir dalam menafkahi keluargannya”. (H.R. ad-Dailamy)
5.      Mendapat “gelar” kafir.
“Jangan membenci kedua orang tuamu. Barang siapa mengabaikan kedua orang tua, maka dia kafir”. (H.R. Muslim).
6.      Balasan azab dengan segera didunia.
Al-hakim dan al-Ashbahani, dari abu bakrah r.a. dari Nabi Saw, beliau bersabda,
“Setiap dosa akan diakhirkan oleh Allah sekehendak-Nya sampai hari kiamat, kecuali dosa mendurhakai kedua orang tua. sesungguhnya Allah akan menyegerakan (balasan) kepada pelakunnya didalam hidupnya sebelum mati”.
7.      Tidak Diampuni Dosannya.
Dari Aisyah r.a. ia berkata, Rasulullah Saw. Bersabda,
“Dikatakan kepada orang yang durhaka kepada kedua orang tua, “berbuatlah sekehendakmu, sesungguhnya Aku tidak akan mengampuni. “Dan dikatakan kepada orang yang berbakti kepada orang tua, perbuatlah sekehendakmu, sesungguhnya Aku mengambunimu.” (H.R. Abu Nu’aim).
8.      Membatalkan Seluruh Amal.
“Ada tiga hal yang menyebabkan terhapusnya seluruh amal, yaitu (a) syirik kepada Allah, (b) durhaka kepada orang tua, (c) seorang alim yang dipermainkan oleh orang dungu dan jahil”. (H.R. Thabrani).
9.      Haram mencium aroma surga.
Bau surga yang radiusnya sejauh 1000 tahun perjalanan itu tak bisa dirasakan oleh orang durhaka. Benar2 dahsyat.

“Sesunguhnya aroma surga itu tercium dari jarak perjalanan seribu tahun, dan demi Allah tidak akan mendapatinnya barang siapa yang durhaka dan memutuskan silaturahim”. (H.R.Thabrani).
10.  Terputus rezekinya.
“Apabila seseorang tidak meninggalkan doa bagi kedua orang tuannya, maka akan terputus rezekinya”. (H.R. ad-Dailamy).

Seseorang yang Tidak mendoakan kedua orang tuanya termasuk kategori orang yang durhaka terhadap orang tuannya. Oleh karena itu, orang tua wajib mendapatkan doa dari anaknya.
11.  Orang yg mendapat Kerugian besar.
“Sungguh kecewa dan hina, sungguh kecewa dan hina, sungguh kecewa dan hina orang yang mendapati atau salah satunnya sampai tua, lantas ia tidak dapat masuk surga”. (H.R. Muslim).
12.  Dibenci Allah.
“Barang siapa ridha kepada kedua orang tuannya, berarti ia ridha kepada Allah. Dan barang siapa membenci kedua orang tua, sungguh dia membenci Allah”. (H.R. Ibnu an-Najjar).




Tugas Ceramah 8



Penceramah                 : Ust. Ahmad Zainuddin
Hari, tanggal, pukul    : Senin, 26 Oktober 2015, 05.00 – 06.00 WIB
Tempat                        : Radio Rodja 756 AM
Kategori                      : Kuliah Subuh

Hakikat Bersyukur

Allah lah yang telah mengkaruniakan kepada kita seluruh kenikmatan yang kita rasakan di dunia ini. Allah memberikan kepada kita rizki, dengannya kita dapat makan dan minum. Allah mengaruniakan kepada kita pakaian, dengannya kita dapat menutup aurat dan berhias. Allah menganugerahkan kepada kita tempat tinggal, di dalamnya kita dapat beristirahat dengan nyaman. Allah memberikan kepada kita kendaraan, dengannya kita dapat bepergian. Allah juga mengkaruniakan kepada kita jasad yang sehat, dengannya kita dapat beraktivitas. Allah juga menempatkan kita di negeri yang aman, damai dan sentosa.

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepadaNya kamu menyembah.” (QS. Al Baqarah: 172). 

“Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki kepadamu; maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada- Nyalah kamu akan dikembalikan.” (QS. Al Ankabut : 17).

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari-Ku.” (QS. Al Baqarah: 152).

Syukur artinya memuji Dzat yang memberikan nikmat atas hal yang baik yang telah Dia karuniakan kepadamu. Para Ulama menyebutkan bahwa rukun syukur ada tiga, yaitu Al-I'tiraf, At-Tahaddus, Dan At-Ta'ah.

1.      Al-i'tiraf
Pengakuan bahwa segala nikmat dari Allah adalah suatu prinsip yang sangat penting, karena sikap ini muncul dari ketawadhuan seseorang. Sebaliknya, jika seseorang tidak mengakui nikmat itu bersumber dari Allah, merekalah orang orang Takabur. Tiada daya dan kekuatan kecuali bersumber dari Allah saja.

''Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah dan Allah Dialah yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.''(Q.S Al-fatir : 15)

I'tiraf adalah suatu bentuk pengakuan yang tulus dari orang orang beriman bahwa Allah itu ada, berkehendak dan kekuasaannya meliputi langit dan bumi. Semua makhluk Allah tidak ada yang dapat lepas dari iradah (kehendak) dan qudrah (kekuasaan) Allah.

2.      At-tahaddus
''Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan.(Q.S Ad-Dhuha : 11)

Orang beriman minimal mengucapkan hamdalah (Alhamdulillah) ketika mendapat kenikmatan sebagai refleksi syukur kepada Allah. Demikianlah betapa pentingnya hamdalah, dan Allah mengajari pada hamba-Nya dengan mengulang ulang ungkapan Alhamdulillah dalam Al Quran ketika mengawali ayat ayat-Nya

3.      At-ta'ah
Allah menyebutkan bahwa para nabi adalah hamba hamba Allah yang paling bersyukur dengan melaksanakan puncak ketaatan dan pengorbanan. Dan contoh contoh tersebut sangat tampak pada lima rasul utama : Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad. Allah menyebutkan tentang Nuh.

''Sesungguhnya Dia (Nuh) adalah hamba (Allah) yang banyakbersyukur.” (Q.S. Al-Isra : 3)

Dan lihatlah bagaimana Aisyah menceritakan tentang ketaatan Rasulullah. Suatu saat Rasulullah melakukan salat malam sehingga kakinya terpecah pecah. Berkata Aisyah,''Engkau melakukan ini, padahal Allah telah mengampuni dosa yang lalu dan yang akan datang.''Berkata Rasulullah, ''Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur?''(H.R Muslim)

Tugas Ceramah 9



Penceramah                 : Ust. Kosiatun
Hari, tanggal, pukul    : Jumat, 30 Oktober 2015, 15.00 – 16.00 WIB
Tempat                        : Masjid Baitul Hakiem
Kategori                      : Liqo’

Pemahaman Tentang Agama

Ada 3 hal penting yang sering disebut diperlukan oleh setiap seorang Mukmin yaitu iman, ilmu dan amal. Ketiga hal tersebut saling berkaitan dan harus dimiliki untuk kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Untuk dapat beramal dengan benar, maka seseorang harus memiliki ilmu. Beramal tanpa ilmu akan menimbulkan banyak kerusakan. Sebagai contoh, seseorang yang tidak mengetahui hakikat puasa, maka dia berpuasa hanya menahan haus dan lapar saja, tidak menahan ucapan atau perbuatan keji yang dapat merusak ibadah puasa. Umar bin Abdul Aziz pernah berkata: 

“Barang siapa yang beramal tanpa didasari ilmu, maka unsur merusaknya lebih banyak daripada mashlahatnya” (Sirah wa manaqibu Umar bin Abdul Azis, oleh Ibnul Jauzi).

Orang yang ikhlas beramal, tetapi tidak memiliki pemahaman yang benar dapat merusak amalannya dan bahkan dapat memberikan madhorot kepada orang lain. Rasulullah SAW pernah menyampaikan bahwa adalah orang yang sesat padahal mereka melaksanakan sholat, puasa, dan amalan lainnya yang sangat banyak. Rasulullah SAW bersabda, 

“(Ada sekelompok kaum), mereka menganggap sholat yang dilakukan oleh kamu sangat kecil bila dibandingkan sholat mereka, dan puasanya dianggap lebih rendah dari puasa mereka. Mereka membaca Al Quran, tetapi tidak melampaui kerongkongan mereka.” (Fathul Bari 6/714).

Imam Ibnu Taimiyah berkata: “Meskipun sholat, puasa dan tilawah Quran mereka banyak, namun mereka keluar dari kelompok ahlus Sunah wal Jamaah. Mereka adalah kaum ahi ibadah, wara’ dan zuhud, tetapi itu semua tidak didasari dengan ilmu.”

Maksudnya mereka beribadah dan membaca Al Quran, tetapi amalan tersebut dilaksanakan hanya sebagai rutinitas, tanpa pemahaman terhadap apa yang dilakukan. Mereka memahami ibadah itu suatu perintah yang harus dilaksanakan tanpa memahami hikmah dibaliknya.

Terkadang pelaksanaan ibadah dibuat untuk rutinitas saja. Ada pelaksanaan sholat Jumat berjamaah dengan khutbah yang berisi nasihat dari beberapa ayat Quran dan doa yang sudah tertulis pada beberapa lembar kertas. Dan cara ini sudah dilakukan bertahun-tahun. Tentu saja sangat disayangkan jamaah yang sholat Jumat di masjid tersebut. Tidak ada nasehat atau taujih yang dapat dipahami dan amal yang dapat dilaksanakan.

Terdapat cerita nyata pada suatu perumahan dimana beberapa ibu rumah tangga terjerat hutang dengan rentenir yang memberikan pinjaman uang dengan bunga yang mencekik. Ternyata para rentenir terebut adalah ibu-ibu yang terlibat aktif dalam pengajian pekanan. Kisah ini menunjukkan bahwa kegiatan pengajian rutin yang dilaksanakan tidak memberikan dampak positif pada aktifitas muamalah yang dilakukan.

Keutamaan seseorang bukan didasarkan pada banyaknya ilmu, hafalan atau amalan, akan tetapi dilihat dari benar dan dalamnya pemahaman terhadap agama Islam secara menyeluruh. Oleh sebab itu, Rasulullah SAW pernah bersabda, 

“Satu orang faqih itu lebih berat bagi setan daripada seribu ahli ibadah.” (HR. Tirmidzi).

Sahabat Umar bin Khathab ra juga pernah berkata, “Kematian seribu ahli ibadah yang selalu sholat di waktu malam dan berpuasa di siang hari itu lebih ringan daripada kematian orang cerdas yang mengetahui halhal yang dihalalkan dan diharamkan oleh Allah.”

Bagusnya pemahaman terhadap agama mengalahkan faktor yang lainnya. Sebagai contoh, khalifah Umar bin Khathab ra pernah mengangkat sahabat Ibnu Abbas ra yang pada saat itu masih berusia 15 tahun untuk menjadi anggota majelis syuro. Umar bin Khathab ra menjulukinya sebagai “pemuda tua” karena ketinggian pemahamannya pada usia yang sangat muda.

Oleh karena itu berusahalah kita mendapatkan pemahaman yang benar terhadap Islam yaitu pemahaman yang jernih, murni, integral dan universal. Hal ini akan menyelamatkan kehidupan kita di dunia dan akhirat. Ibnul Qayyim pernah berkata,“Benarnya kepahaman dan baiknya tujuan merupakan nikmat terbesar yang Allah berikan kepada hamba-Nya. Tiada nikmat yang lebih utama setelah nikmat Islam melebihi kedua nikmat tersebut. Karena nikmat itulah seseorang memahami Islam dan komitmen pada Islam. Dengannya seorang hamba dapat terhindar dari jalan orang-orang yang dimurkai, yaitu orang yang buruk tujuannya. Juga terhindar dari jalan orang-orang yang sesat, yaitu orang yang buruk pemahamannya, serta akan menjadi orang-orang yang baik tujuan dan pemahamannya.”





























Tugas Ceramah 10



Penceramah                 : Ust. Dwi Aziziyah
Hari, tanggal, pukul    : Jumat, 6 November 2015, 15.00 – 16.00 WIB
Tempat                        : Masjid Baitul Hakiem
Kategori                      : Liqo’

Tanda-Tanda Hati Yang Mendapat Hidayah


Al Qur’an menggolongkan manusia menjadi dua golongan besar, yaitu golongan Al Muhtadun (Orang yang mendapat hidayah, QS. At-Taubah:18, QS. Az-Zumar:17-18) dan golongan Ad Dhallun (orang yang sesat: QS. Al An’am 6:117,82) atau juga disebut golongan Kafir dan golongan Mukmin (QS. At Taghaabun 64:2; QS Al-Maidah :44; QS. Ibrahim :2-3; QS. Al-Muminun:1-11).

Kedua golongan manusia ini dijelaskan oleh Al Qur’an dengan cara yang sangat terang, dan rinci, agar manusia dapat mengenalnya sekaligus memilih mana yang disukainya sesuai dengan keimanan dan keilmuannya. Disebutkan pula ciri-ciri dan karakter masing-masing. 

Berikut ini, ciri dan tanda orang-orang yang mendapat hidayah Allah Subhannahu wa Ta'ala:
1.      Al Muhtadun ialah: 
Orang yang hatinya bersih/bercahaya.
Pada suatu hari Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wasallam membacakan ayat berikut:

“Maka Apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Az Zumar, 39:22).

Maka ,kami (para sahabat) berkata: Wahai Rasulullah! Bagaimanakah caranya mengetahui hati dilapangkan atau dibuka oleh Allah? Beliau menjawab: “Bila hati seseorang sudah masuk kedalamnya Nur (cahaya Iman) maka dia akan menjadi lapang dan terbuka.” Mereka (para Sahabat) bertanya: “Apakah tandanya hati yang terbuka dan lapang itu ya Rasulullah.” Beliau menjawab:
“Fokus (pusat) perhatiannya sangat kuat terhadap kehidupan yang kekal dan abadi di akhirat, dan tumbuh kesadaran yang tinggi terhadap tipu daya kehidupan dunia yang sekarang ini, lalu dia berkerja keras mempersiapkan bekalan menghadapi mati sebelum datangnya mati itu.” (HR. Ibnu jarir)

“Yang paling cerdas dan paling pintar ialah orang yang palinng banyak mengingat mati, yang paling banyak menyiapkan bekal untuk menghadapi kematian. Mereka pulang (ke akhirat) dengan ketinggian dunia dan kemualiaan akhirat.” (HR. Tahbrany dengan sanad yang hasan)

Orang yang paling banyak mengingat mati itulah yang dianggap oleh Rasulullah sebagai orang yang paling pintar dan cerdas karena orang yang paling banyak mengingat mati itulah yang paling lengkap bekal untuk mati, sehingga dialah orang yang mendapat kemuliaan di dunia dan kehormatan di akhirat nanti. Dan Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:

“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. dan Barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya (orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah), niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” (QS Al An’am 6:125)

2.      Orang yang selalu mengikuti petunjuk dan sunnah Rasulullah saw

“Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan, dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS. Al Ma’idah, 5:15-16)

3.      Orang yang hidupnya mengikuti system hidup Islam saja
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (QS. Al An’am, 6:153)

4.      Orang yang tidak mengikuti system Thaghut

“Dan orang-orang yang menjauhi Thaghut (yaitu) tidak menyembah- nya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba- hamba-Ku, yang mendengarkan Perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. mereka Itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. Az Zumar, 39:17-18)

Dan firman Allah Subhannahu wa Ta'ala lagi:

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS. An Nahl, 16:36)

5.      Orang yang tidak mencampur-baurkan yang Haq dan yang batil.

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al An’am, 6:82)

“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al Baqarah, 2:42)

Al Mujrimun adalah orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya dan mengikuti tradisi Kafir Jahiliyah.

“Dan Barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An Nisa’, 4:115)
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi Kami hanya mengikuti apa yang telah Kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”. (QS. Al Baqarah, 2:170)

“Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul”. mereka menjawab: “Cukuplah untuk Kami apa yang Kami dapati bapak-bapak Kami mengerjakannya”. dan Apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?.” (QS. Al Ma’idah, 5:104)

“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang diturunkan Allah”. mereka menjawab: “(Tidak), tapi Kami (hanya) mengikuti apa yang Kami dapati bapak-bapak Kami mengerjakannya”. dan Apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)?” (QS. Lukman, 31:21)







































 



































0 komentar:

Posting Komentar