LITTLE HELPER
Penolong Kecil. Hope you enjoy in my blog.
Selasa, 31 Mei 2016
Rabu, 25 Mei 2016
MK. Botani Umum 2 [Agroteknologi Unila]
Posted on 22.43.00by Unknown with No comments
MK. Botani Umum 1 [Agroteknologi Unila]
Posted on 21.57.00by Unknown with No comments
Minggu, 01 Mei 2016
Platyhelminthes [Biologi Umum]
Posted on 04.56.00by Unknown with No comments
PLATYHELMINTES
(Makalah Biologi Umum)
Oleh :
1. Devi
Puspita Amartha Yahya 1514121100
2. Dwi
Rika Pratiwi 1514121075
3. Fluenty
Dwitama 1514121088
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2015
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Platyhelminthes adalah cacing daun yang umumnya
bertubuh pipih. Cacing ini merupakan yang paling sederhana diantara semua hewan
simetris bilateral. Platyhelminthes memiliki tubuh padat, lunak, dan epidermis
bersilia. Cacing pipih merupakan hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga
tubuh (acoelomata). Sebagian besar cacing pipih, seperti cacing isap dan cacing
pita adalah parasit. Namun, banyak yang hidup bebas yang habitatnya di air
tawar dan air laut, khususnya di pantai berbatu dan terumbu.
Filum ini terdiri atas 9000 spesies. Pemberian nama
pada organisme ini adalah sangat cepat. Sejumlah besar hewan ini berbentuk
hampir menyerupai pita. Hewan ini simetris bilateral dengan sisi kiri dan
kanan, permukaan dorsal dan ventral dan juga anterior dan
posterior. Cacing parasit ini mempunyai lapisan kutikula dan silia yang
hilang setelah dewasa. Hewan ini mempunyai alat pengisap yang mungkin disertai
dengan kait untuk menempel. Cacing pipih belum mempunyai sistem peredaran darah
dan sistem pernafasan. Sedangkan sistem pencernaannya tidak sempurna, tanpa
anus. Platyhelminthes terbagi dalam 3 kelas, yaitu Kelas Turbellaria, Kelas
Trematoda dan kelas Cestoda. Untuk lebih mengetahui lebih jauh mengenai
hewan-hewan dalam kelas ini, maka akan di bahas dalam bab II.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan di atas, maka rumusan masalah
yang lahir adalah:
1. Apa yang
dimaksud filum platyhelminthes?
2. Bagaimana ciri-ciri
umum platyhelminthes?
3. Bagaimana klasifikasi platyhelminthes?
4. Bagaimana reproduksi platyhelminthes?
5. Apa peranan platyhelminthes?
C. Tujuan
Masalah
Adapun tujuan dari makalah yang terkait dengan
Platyhelminthes adalah:
1.
Untuk mengetahui karakteristiknya
2.
Untuk mengetahui struktur tubuh Platyhelminthes
3.
Dapat mengetahui klasifikasi dari Platyhelminthes
4.
Dapat mengetahui bagaimana siklus hidup dari
Platyhelminthes
5.
Dapat mengetahu peranan Platyhelminthes dalam
kehidupan
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam pembahasan ini ada dua
yaitu, manfaat teoretis dan manfaat praktis.
a. .Manfaat teoritis
Dapat menambah khasana keilmuan
tentang platyhelminthes (cacing pipih) dan nemathelminthes (cacing gilig)
b. .Manfaat praktis
Memberikan pengetahuan pada masyarakat (pembaca)
terhadap platyhelminthes (cacing pipih) dan nemathelminthes (cacing gilig)
PEMBAHASAN
A. Karakteristik
Platyhelminthes berasal dari Bahasa Yunani, dari kata
Platy = pipih dan helminthes = cacing. Jadi berarti cacing bertubuh pipih.
Filum Platyhelminthes terdiri dari sekitar 13,000 species, terbagi menjadi tiga
kelas; dua yang bersifat parasit dan satu hidup bebas. Planaria dan kerabatnya
dikelompokkan sebagai kelas Turbellaria. Cacing hati adalah parasit eksternal
atau internal dari Kelas Trematoda. Cacing pita adalah parasit internal dari
kelas Cestoda. Umumnya, golongan cacing pipih hidup di sungai, danau, laut, atau sebagai parasit di
dalam tubuh organisme lain. Platyhelminthes yang hidup bebas adalah di air
tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembab, sedangkan Platyhelminthes yang
parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit) pada siput air, sapi, babi,
atau manusia.
Cacing golongan ini sangat sensitif terhadap cahaya.
Beberapa contoh Platyhelminthes adalah Planaria yang
sering ditemukan di balik batuan (panjang 2-3 cm), Bipalium yang
hidup di balik lumut lembab (panjang mencapai 60 cm), Clonorchis sinensis, cacing hati, dan cacing pita.
B. Struktur
Tubuh
Platyhelminthes tidak memiliki rongga tubuh (selom)
sehingga disebut hewan aselomata.Tubuh pipih dorsoventral, tidak berbuku-buku,
simetri bilateral, serta dapat dibedakan antara ujung anterior dan posterior.
Lapisan tubuh tersusun dari 3 lapis (triploblastik aselomata) yaitu ektoderm
yang akan berkembang menjadi kulit, mesoderm yang akan berkembang menjadi otot
– otot dan beberapa organ tubuh dan endoderm yang akan berkembang menjadi alat
pencernaan makanan.
Sistem respirasi Platyhelminthes melalui permukaan
tubuhnya. Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring, dan usus (tanpa anus),
usus bercabang-cabang ke seluruh tubuhnya. Platyhelminthes tidak memiliki
sistem peredaran darah (sirkulasi) dan alat ekskresinya berupa sel-sel api.
Kelompok Platyhelminthes tertentu memiliki sistem saraf tangga tali. Sistem
saraf tangga tali terdiri dari sepasang simpul saraf (ganglia) dengan sepasang
tali saraf yang memanjang dan bercabang-cabang melintang seperti tangga.Organ
reproduksi jantan (testis) dan organ betina (Ovarium). Cacing pipih dapat
bereproduksi secara asek sual dengan membelah diri dan
secara sek sual dengan perkawinan silang, platyhelminthes
terdapat dalam satu individu sehingga disebut hewan hermafrodit.
C. Klasifikasi
Filum Platyhelminthes terbagi menjadi tiga kelas,
yaitu:
1.
Turbellaria (berambut getar)
Contoh: Planaria sp
2.
Trematoda (cacing hisap)
Contoh: Fasciola
hepatica (cacing hati)
3.
Cestoda (cacing
pita)
Contoh: Taenia
solium, Taenia saginata
1. Turbellaria
(cacing berambut getar)
Keberadaan:
4000+ spesies di seluruh dunia; hidup di batu dan permukaan sedimen di air, di
tanah basah, dan di bawah batang kayu. Hampir semua Turbellaria hidup bebas
(bukan parasit) dan sebagian besar adalah hewan laut. Kebanyakan
turbellaria berwarna bening, hitam, atau abu-abu. Namun, beberapa spesies laut,
khususnya di turumbu karang, memiliki corak warna lebih cerah. Panjang mulai
kurang dari 1 mm hingga 50 cm. Spesies terbesar bertubuh seperti kertas.
Planaria sp
Cacing ini
dipakai sebagai contoh yang mewakili anggota kelas Turbellaria pada umumnya.
Anggota genus Dugesia, yang umumnya dikenal sebagai Planaria,
berlimpah dalam kolam dan aliran sungai yang tidak terpolusi. Planaria
mempunyai kebiasaan berlindung di tempat-tempat yang teduh, misalnya di balik
batu-batuan, di bawah daun yang jatuh ke dalam air. Bentuk tubuh anggota ini
adalah pipih dorsoventral, dengan bagian kepala yang berbentuk seperti
segitiga, sedangkan bagian ekornya berbentuk meruncing yang panjang tubuh
sekitar 5-25 mm. Planaria memangsa hewan yang lebih kecil atau memakan
hewan-hewan yang sudah mati. Planaria dan cacing pipih lainnya tidak memiliki
organ yang khusus untuk pertukaran gas dan sirkulasi. Bentuk tubuhnya yang
pipih itu menempatkan semua sel-sel berdekatan dengan air sekitarnya, dan
percabangan halus rongga gastrovaskuler mengedarkan makanan ke seluruh hewan
tersebut.
Sistem
saluran pencernaan makanan terdiri dari mulut, faring, oesofagus, dan usus.
Mulut, terletak di bagian ventral dari tubuh, yaitu kira-kira dekat dengan
pertengahan agak ke arah ekor. Lubang mulut ini dilanjutkan oleh kantung yang
bentuknya silindris memanjang yang disebut rongga mulut (Faring). Oesofagus
merupakan persambungan daripada faring yang langsung bermuara kedalam usus;
ususnya bercabang tiga, yaitu menuju ke arah anterior, sedang yang dua lagi
sejajar menuju ke arah posterior.
Seperti
halnya hewan tingkat rendah lainnya, Planaria juga belum mempunyai alat
pernafasan yang khusus. Pengambilan O2 maupun pengeluaran CO2 secara
osmosis langsung melalui seluruh permukaan tubuh.
Sistem
ekskresi terdiri dari 2 tabung ekskresi longitudinal yang mulai dari sel-sel
nyala (flame cells) yang di bagian anteriornya berhubungan silang. Seluruh
sistem ini terbuka ke luar melalui porus ekskretorius. Flame cells atau sel-sel
api berfungsi sebagai alat ekskresi yang membuang zat-zat sampah yang merupakan
sisa-sisa metabolisme dan juga sebagai alat osmoregulasi dalam arti ikut
membantu mengeluarkan ekses-ekses penumpukan air di dalam tubuh, sehingga nilai
osmosis tubuh tetap dapat dipertahankan seperti ukuran normal.
Sistem saraf
terdiri dari 2 batang saraf yang membujur memanjang, yang di bagian anteriornya
berhubungan silang, dan 2 ganglion anterior yang terletak dekat di bawah mata.
Ganglion berfungsi sebagai otak dalam arti bertindak sebagai pusat susunan
saraf serta mengkoordinir aktivitas-aktivitas anggota tubuh. Seonggok ganglion
tersebut letaknya di bagian kepala persis di bawah lapisan epidermis agak di
sebelah bintik mata. Ganglion ini karena terletak di bagian kepala dan
berfungsi sebagai otak maka biasa disebut ganglion kepala atau ganglion
cerebral. Dari ganglin cerebral ini keluarlah cabang-cabang urat saraf secara
radier menuju ke arah lateral, anterior, dan pasterior. Cabang anterior menuju
ke bagian bintik mata, cabang lateral menuju ke alat indera cemoreseptor,
sedangkan cabang posterior ada satu pasang kanan kiri yang saling bersejajar
yang membentang di bagian ventral tubuh yang disebut tali saraf.
Planaria
sudah mempunyai alat indera yang berupa bintik mata, dan indera aurikel, yang
kedua-duanya terletak di bagian kepala. Bintik mata merupakan titik hitam yang
terletak di bagian dorsal daripada bagian kepala. Masing-masing bintik mata
terdiri dari sel-sel pigmen yang tersusun dalam bentuk mangkok yang dilengkapi
dengan sel-sel saraf sensorik yang sangat sensitif terhadap sinar. Bintik mata
itu sekedar dapat membedakan gelap dan terang saja.
Planaria
bersifat hermafrodit, terdapat alat kelamin jantan dan betina. Alat kelamin
jantan terdiri dari:
1.
Testis, yang berjumlah ratusan, berbentuk
bulat tersebar di sepanjang sisi tubuh keduanya.
2.
Vasa eferensia, yang
merupakan pembuluh yang menghubungkan testis dengan bagian pembuluh lainnya.
3.
Vasa deferensia, merupakan
pembuluh berjumlah dua buah yang masing-masing membentang di setiap sisi tubuh
yang kedua-duanya saling bertemu dan bermuara ke dalam suatu kantung yang
disebut vesiculus seminalis.
4.
Vesiculus seminalis, berfungsi
untuk menampung sperma dan menyalurkan sperma menuju ke penis.
5.
Penis, yang merupakan alat pentransfer ke
tubuh waktu mengadakan kopulasi pada perkawinan silang.
Sistem alat
kelamin betina terdiri dari atas bagian-bagian seperti berikut:
1. Ovari, berjumlah
dua buah, berbentuk bulat terletak di bagian anterior tubuh.
2. Oviduct, dari setiap
ovarium akan membentang ke arah posterior sebuah saluran yang disebut oviduct
(saluran telur). Antara saluran telur kanan dan kiri saling bersejajar yang
masing-masing dilengkapi dengan kelenjar yang menghasilkan kuning telur.
3. Kelenjar
kuning telur, menghasilkan kuning telur yang akan disediakan bagi
sel telur bila telah diproduksi oleh ovarium.
4. Vagina, merupakan
suatu aliran yang berfungsi untuk menerima transfer spermatozoid dari cacing
planaria lain.
5. Uterus, merupakan
ruangan yang bentuknya menggelembung yang berfungsi untuk menyimpan
spermatozoid. Uterus juga biasa disebut receptaculus seminalis.
6. Genital
atrium (ruang genitalis) yaitu muara antara kedua buah
saluran telur.
Planaria
berkembang biak dengan cara sek sual maupun asek sual. Planaria akan
menghindarkan diri bila terkena sinar yang kuat, oleh karena itu pada siang
hari cacing itu melindungkan diri di bawah naungan batu-batu atau daun atau di
bawah objek yang lain. Pada waktu istirahat biasanya Planaria melekatkanatau
menempelkan diri pada suatu objek dengan bantuan zat lendir yang dihasilkan
oleh kelenjar-kelenjar lendir. Planaria melakukan dua macam gerak, yaitu gerak
merayap dan meluncur.
2. Trematoda
(cacing hisap)
Keberadaan:
12000 spesies di seluruh dunia; hidup di dalam atau pada tubuh hewan lain.
Semua cacing hisap adalah parasit, berbentuk silinder atau seperti daun.
Panjang berkisar 1 cm hingga 6 cm. Cacing ini memiliki penghisap untuk
menempelkan diri ke organ internal atau permukaan luar inangnya, dan semacam
kulit keras yang membantu melindungi parasit itu. Organ reproduksinya mengisi
hampir keseluruhan bagian interior cacing hisap.
Sebagai
suatu kelompok, cacing trematoda memparasiti banyak sekali jenis inang, dan
sebagian besar spesies memiliki siklus hidup yang kompleks dengan adanya
pergiliran tahap sek sual dan ase ksual. Banyak trematoda memerlukan suatu
inang perantara atau intermediet tempat larva akan berkembang sebelum
menginfeksi inang terakhirnya (umumnya vertebrata), tempat cacing dewasa hidup.
Sebagai contoh, trematoda yang memparasati manusia menghabiskan sebagian dari
sejarah hidupnya di dalam bekicot.
Trematoda
dewasa pada umumnya hidup di dalam hati, usus, paru-paru, ginjal, dan pembuluh
darah vertebrata. Trematoda berlindung di dalam tubuh inangnya dengan melapisi
permukaan tubuhnya dengan kutikula dan permukaan tubuhnya tidak memiliki silia.
Trematoda
tidak mempunyai rongga badan dan semua organ berada di dalam jaringan parenkim.
Tubuh biasanya pipih dorsoventral, dan biasanya tidak bersegmen dan seperti
daun. Mereka mempunyai dua alat penghisap, satu mengelilingi mulut dan yang
lain berada di dekat pertengahan tubuh atau pada ujung posterior. Alat
penghisap yang kedua disebut asetabulumkarena bentuknya mirip
dengan mangkuk cuka.
Dinding luar
atau tegumen trematoda adalah kutikula yang kadang2 mengandung duri atau sisik.
Sistem pencernaan makanan sangat sederhana. Terdapat mulut pada ujung anterior,
yang dikelilingi oleh sebuah alat penghisap. Makanan dari mulut melalui farings
yang berotot ke esofagus dan kemudian ke usus, yang terbagi menjadi dua sekum
yang buntu. Sekum ini kadang2 bercabang, dan percabangan ini kadang-kadang
sedikit rumit. Kebanyakan trematoda tidak mempunyai anus, dengan demikian sisa
bahan makanan harus diregurgitasikan.
Sistem saraf
adalah sederhana. Cincin dari serabut saraf dan ganglia mengelilingi esofagus,
dan dari sini saraf berjalan ke depan dan belakang. Biasanya, sebatang saraf
berjalan kebelakang pada setiap sisi, dan saraf-saraf bertolak dari sini menuju
ke berbagai organ.
Trematoda
tidak mempunyai sistem peredaran darah. Sistem ekskresi tersusun dari sebuah
kandung kemih posterior. Sebuah sistem percabangan dari tabung pengumpul yang
masuk ke dalam kandung kemih, dan sebuah sistem sel-sel ekskresi yang terbuka
ke dalam saluran pengumpul tersebut. Tidak terdapat organ ekskresi yang
terlepas, sel-sel ekskresi ditempatkan secara strategis di seluruh tubuh. Sel
ekskresi terdiri dari sebuah sitoplasma basal yang berisi inti dan sebuah
vakuola berisi seberkas silia ynag terbuka secara tetap ke dalam saluran
pengumpul.
Sistem
reproduksinya kompleks. Sebagian besar dari trematoda adalah hermafrodit,
mempunyai organ jantan dan betina. Tetapi pembuahan silang merupakan hal yang
biasa, dan pembuahan sendiri tidak umum. Pembuahan biasanya uterus, sperma
melewati sirus dari satu cacing ke uterus cacing lain.
Siklus Hidup
Trematoda
a.
Clonorchis sp (cacing hati pada manusia)
Zygot Larva,Myrasidium Sporosit Redia Sercaria Metacercaria
Cacing dewasa.
Keterangan:
1.
Telur dilepaskan bersamaan dengan kotoran dari
penderita
2.
Telur akan berkembang menjadi larva mirasidium dan
masuk ke nnnnninang perantara 1, biasanya adalah
siput
3.
Di tubuh siput, larva myrasidium akan
bermetamorfosis menjadi nnnnnsporosit
4.
Sporosit ini mengandung banyak kantung embrio, yang
akan nnnnntumbuh
menjadi Redia
5.
Redia akan tumbuh dan mengandung embrio yang akan nnnnnberkembang menjadi
Sercaria
6.
Sercaria yang dihasilkan akan berpindah menempel pada
tumbuhan nnnnnair
membentuk kista metasercaria
7.
Tumbuhan yang mengandung kista di makan oleh domba,
maka nnnnnkista
akan berkembang menjadi cacing hati dewasa.
b. Fasciola
hepatica (cacing hati pada domba)
nnnZygot Larva Myrasidium Sporosit Redia
Sercaria Metacercaria Cacing dewasa.
Keterangan:
1.
Telur dilepaskan bersamaan dengan kotoran dari
penderita
2.
Telur akan berkembang menjadi larva mirasidium dan
masuk ke nnnnninang
perantara 1, biasanya adalah siput
3.
Di tubuh siput, larva myrasidium akan
bermetamorfosis menjadi nnnnnsporosit
4.
Sporosit ini mengandung banyak kantung embrio, yang
akan nnnnntumbuh
menjadi Redia
5.
Redia akan tumbuh dan mengandung embrio yang akan nnnnnberkembang menjadi
Sercaria
6.
Sercaria yang dihasilkan akan berpindah menempel pada
tumbuhan nnnnnair
membentuk kista metasercaria.
7.
Tumbuhan yang mengandung kista di makan oleh domba,
maka nnnnnkista
akan berkembang menjadi cacing hati dewasa
3. Cestoda
(cacing pita)
Keberadaannya:
3500 spesies di seluruh dunia; hidup sebagai parasit dalam tubuh hewan. Contoh
cacing pita adalah Taenia solium dan Taenia
saginata yang parasit pada orang. Taenia terdiri dari
sebuah kepala bulat yang disebut scolex, sejumlah ruas, yang
sama disebut disebut proglotid. Pada kepala terdapat alat
hisap dan jenis Taenia solium mempunyai kait (rostellum) yang
sangat tajam yang mengunci cacing itu ke lapisan intestinal inang. Di belakang
scolex terdapat leher kecil yang selalu tumbuh yang akan menghasilkan proglotid
baru yang mula-mula kecil tumbuh menjadi besar. Panjang tubuh cacing pita
mencapai 2 m. Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan
organ kelamin betina (ovarium).Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi
sendiri. Proglotid yang dibuahi terdapat di bagian posterior tubuh cacing.
Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang utama
bersama dengan tinja dengan membawa ribuan telur. Jika termakan hewan lain,
telur akan berkembang dan memulai siklus hidup barunya. Cacing pita tidak
memiliki saluran pencernaan. Cacing pita menyerap makanan yang telah dicerna
terlebih dahulu oleh inang.
Cestoda
bersifat parasit karena menyerap sari makan dari usus halus inangnya. Sari
makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya karena cacing ini
tidak memiliki mulut dan pencernaan (usus). Manusia dapat terinfeksi Cestoda
saat memakan daging hewan yang dimasak tidak sempurna. Inang perantara Cestoda
adalah sapi pada Taenia saginata dan babi pada taenia solium.
Cacing pita
tidak mempunyai saluran pencernaan dan sitem peredaran darah. Makanan langsung
melalui dinding tubuh. Sistem ekskresi yaitu berupa sel api.
Sistem saraf
tersusun dari beberapa ganglion pada skoleks, dengan komisura melintang
diantaranya. Dan tiga batang saraf longitudinal setiap sisil tubuh (sebuah
batang besar disebelah lateral dan yang kecil disebelah ventral), satu ganglion
kecil disetiap segmen pada masing-masing dari enam batang tersebut, dan
komisura pada setiap segmen menghubungkan ganglion-ganglion ini.
Cestoda
adalah hermafrodit, yang mempunyai organ jantan dan betina. Organ jantan
terdiri dari testis (menghasilkan spermatozoa), vas deferen, seminal vesicle,
penis, dan lubang kelamin. Sedangkan organ bertina terdiri dari ovarium,
oviduk, seminal uterus, vagina, dan lubang kelamin.
Siklus
Hidup Taenia sp
Larva, yang
dilengkapi dengan scolex akan berkembang menjadi kista pada jaringan tubuh
inang, misal pada otot. Manusia yang memakan daging yang terinfeksi, akan
menyebabkan kista berkembang menjadi cacing pita dewasa Cacing
pita dewasa terdiri dari scolex dan proglotid.Proglotid pada bagian ujung
mengandung telur yang telah dibuahi yang siap dikeluarkan bersama feses untuk
menginfeksi kembali Di dalam telur yang telah dibuahi, embrio berkembang
menjadi larva. Sapi mungkin akan memakan telur bersama rumput dan akan menjadi
inang sementara bagi cacing pita.
D. Peranan
Platyhelminthes Dalam Kehidupan
nnnAdapun peranan Platyhelminthes dalam kehidupan adalah
sebagai berikut:
1.
Planaria menjadi salah satu makanan bagi organisme
lain.
2.
Cacing hati maupun cacing pita merupakan parasit pada
manusia
1.
Schistosoma sp, dapat
menyebabkan skistosomiasis, penyakit parasit yang nnnnnnditularkan melalui siput air tawar
pada manusia. Apabila cacing tersebut nnnnnnberkembang di tubuh manusia, dapat terjadi kerusakan
jaringan dan organ nnnnnnseperti
kandung kemih, ureter, hati, limpa, dan ginjal manusia.Kerusakan nnnnnntersebut disebabkan
perkembangbiakan cacing Schistosoma di dalam nnnnnntubuh.
2.
Clonorchis sinensis yang
menyebabkan infeksi cacing hati pada manusia nnnnnndan hewanmamalia lainnya, spesies
ini dapat menghisap darah manusia.
3.
Paragonimus sp, parasit pada paru-paru
manusia. dapat menyebabkan nnnnnngejala
gangguan pernafasan yaitu sesak bila bernafas, batuk kronis, nnnnnndahak/sputum
becampur darah yang berwarna coklat (ada telur cacing).
4.
Fasciolisis sp, parasit di dalam saluran
pencernaan. Terjadinya radang di nnnnnndaerah gigitan, menyebabkan hipersekresi dari lapisan
mukosa usus nnnnnnsehingga
menyebabkan hambatan makanan yang lewat. Sebagai akibatnya nnnnnnadalah ulserasi,
haemoragik dan absces pada dinding usus. Terjadi gejala nnnnnndiare kronis.
5.
Taeniasis, penyakit yang disebabkan oleh Taenia sp.
Cacing ini menghisap nnnnnnsari-sari
makanan di usus manusia.
6.
Fascioliasis, disebabkan oleh Fasciola
hepatica. Merupakan penyakit nnnnnnparasit
yang menyerang semua jenis ternak. Hewan terserang ditandai nnnnnndengan nafsu makan
turun, kurus, selaput lendir mata pucat dan diare.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Platyhelminthes berasal dari Bahasa
Yunani, dari kata Platy = pipih dan helminthes = cacing. Jadi berarti cacing
bertubuh pipih.
2.
Platyhelminthes terbagi menjadi 3 kelas,
yaitu: Turbellaria, Trematoda (cacing hisap), dan Cestoda (cacing pita).
3.
Platyhelminthes yang hidup bebas adalah
di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembab, sedangkan Platyhelminthes
yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit) pada siput air, sapi,
babi, atau manusia.
4.
Platyhelminthes tidak memiliki rongga
tubuh (selom) sehingga disebut hewan aselomata.Tubuh pipih dorsoventral, tidak
berbuku-buku, simetri bilateral, serta dapat dibedakan antara ujung anterior
dan posterior.
5.
Sistem respirasi Platyhelminthes melalui
permukaan tubuh, alat pencernaan tidak lengkap, alat ekskresi berupa sel api,
sistem saraf dengan ganglion anterior sebagai pusat sistem saraf, reproduksi
umumnya secara generatif.
6.
Siklus hidup dari Platyhelminthes
parasit yang ada hubungan dengan manusia diantaranya: dari kelas Trematoda,
Clonorchis sp dan Fasciola hepatica. Dan dari kelas Cestoda,Taenia saginata dan
Taenia solium.
7. Peranan
platyhelminthes dalam kehidupan adalah: Planaria menjadi salah satu makanan
bagi organisme lain, cacing hati maupun cacing pita merupakan parasit pada
manusia.
Langganan:
Postingan (Atom)